Minggu, 19 September 2010

Pecahkan Telurmu - Tunjukkan Rahasiamu

Rahasia. Yang membuat wanita, WANITA. 



Sering betul sudah frasa itu dipakai oleh banyak kita. Pertama kali aku pernah membacanya di sebuah episode cergam Detektif Conan. Tapi, rupa-rupanya, bukan monopoli kaum wanita saja dia itu... para lelaki juga senang betul menjadi misterius. Ah!



Kali ini, kajian kita tentang rahasia adalah: mengapa ia menjadi penting, kapan seharusnya ia tiada, dan tentang penghormatan kepada mereka yang memang belum siap untuk memecahkan telurnya. Yah. Telur! Yang isinya rahasia.

Esensi dari rahasia itu sebetulnya cuma sekeping harga diri (atau keselamatan). Yang kalau kita gerus habis, akan tampak rasa malu. Kadang juga rasa takut. Seorang pejabat tinggi selingkuh. Bila ia cukup punya harga diri, maka ia akan menjaga perselingkuhan itu tetap RAHASIA (meski ironisnya, perselingkuhan itu suatu simbol hilangnya harga diri). Ia tidak hendak mengabadikan adegan seronoknya dengan selingkuhan tersebut dengan video kamera. Kecuali ia terlalu bodoh untuk berpikir bahwa jaman sekarang informasi bocor dengan sangat mudah sekali banget. Seorang bocah dapat nilai nol. Ia tidak belajar. Ada dua masalah: satu, ia malu bila sampai teman-temannya tahu (karena teman-teman sang bocah bisa menjadi makhluk menjengkelkan yang takkan beri ampun mengejeknya hingga hancur rasa percaya dirinya); dua, ia takut jika ibunya tahu (kenapa bukan bapak, itu juga masih rahasia, tapi seorang ibu yang tahu ia tidak belajar (mungkin) menanggung rasa jengkel dua kali lipat lebih banyak karena ia merasa gagal memotivasi anaknya meraih prestasi). Seorang wanita punya kebiasaan ngupil. Dirahasiakannya. Ia malu. Seorang ibu-ibu Mal menyukai dangdut. Jangan sampai teman-teman sepenontonan Jazz-nya tahu. Ia malu. Seorang anak korban pelecehan seksual menutup mulutnya. Peristiwa lama membeku. Ia malu, dan takut karena sudah diancam akan dibunuh.

Jadi, rahasia memegang kunci kepada hancurnya harga diri atau hilangnya nyawa. Masih belum jelas? Masak sih?
OK... Dalam dunia mafia, sebagaimana yang kita lihat di filem-filem, kalau ada seseorang yang menyaksikan Don X membunuh walikota Y, maka secara terpaksa ia akan otomatis menjadi saksi. Ketika ia belum ke pengadilan, apa yang ia lihat seharusnya rahasia. Rahasia yang bisa mengubah hidup Don X menjadi teralis besi. Rahasia ini milik si Don X. Tapi juga milik si... ehm, katakan saja namanya Z. Rahasia ini membuat leher si Z di ujung tanduk, sekaligus membuat harga diri Don X di Ujung Kulon.

Kira-kira seperti itulah.

Ada jenis rahasia yang kita jaga atas nama prinsip. "Aku tak mau keluargaku tahu". Itu misalnya alasannya. Tapi apa rahasianya? Aku pelacur. Aku pedofil. Aku gay. Aku suka mengoleksi DVD Porno padahal aku Ustadz. Dalam kasus ini, sebetulnya, apa yang 'aku' ini rahasiakan, secara esensi bukan rahasia lagi, karena banyak yang sudah tahu. 'Aku' cuma menjaga jangan sampai rahasia ini sampai ke telinga: keluargaku, kekasihku, teman-temanku, geng pengajianku, guru-guruku, dan sebagainya.

Seharusnya, jika menyangkut siapa kita, alangkah indahnya jika tak ada yang perlu kita rahasiakan. Jika kita sendiri nyaman dengan adanya diri kita, saya percaya, itulah perasaan yang terpenting untuk kita lestarikan. Bukan menjaga perasaan orang tua. Bukan menjaga martabat keluarga. Saya berani berkoar: ibuku tetap ibuku jikalaupun dia tidak bisa menerima aku apa adanya, tapi pada saat itu juga ia memutuskan untuk berhenti menjadi ibu untukku. Kita seringkali takut akan mengalami penolakan. Padahal kita tak tahu, orang-orang yang tetap mencintai kita setelah telur itu kita pecahkan, adalah orang-orang yang sejati mencintai kita tanpa kepalsuan. mereka yang berubah sikap, well, pertanyakan integritas mereka terhadap hubungan apapun yang kalian miliki sebelumnya.

Rahasia selalu punya expiry date, tapi jarang dari kita yang tahu kapan membukanya kepada umum. Perselingkuhan yang terlalu dalam, sampai menghasilkan anak, sudah masuk masa kadaluarsanya. Harus segera diungkap ke publik. Semakin lama disimpan, akan semakin busuk. Jika sudah begitu, setidaknya akui dengan jantan, umumkan kepada publik. Minta maaf. Pasti banyak yang akan tersakiti. Setidaknya kita melakukannya dengan cepat. "Pull the Bandage".

Ada banyak contoh untuk mewakilkan sifat rahasia yang punya masa kadaluarsa... tapi saya kira anda lebih daritahu untuk mengajukannya sendiri.


Tidak semua orang selalu siap untuk mengungkap rahasianya. Ada yang bertahan menjadi orang diskret. Apa-apa rahasia. Ditanya kerja di mana. Ada deh! jawabnya. Di formulir pendaftaran, mulai dari nama sampai riwayat pendidikan diisi dengan "ask me". Ada yang demi prinsip, memutuskan bahwa harga diri yang mereka jaga, bila memang ada, jauh jauh jauh jauh lebih penting daripada kenyamanan yang selama ini mereka kais-kais di pelataran kehidupan. bersikap pada orang seperti ini, kita jangan mencemooh. Makhluk-makhluk diskret perlu kita hormati. Mereka jauh lebih mulia daripada mereka yang mengingkari jatidirinya. Mereka cuma menjaganya sebagai rahasia, tanpa niat untuk menipu kita dengan membuat kita berpikir bahwa mereka adalah apa yang bukan mereka.

Mengapa saya menulis ini? Apa kesimpulannya? tetap adakah kelanjutannya? Jujurkah saya menuliskannya? Semua masih RAHASIA!



<Rocketeer Ksatriansyah>


artikel ini juga tersedia dalam format Bahasa Inggris

Tidak ada komentar:

Posting Komentar